
MALUKU INDOMEDIA.COM, Ambon– Keindahan bawah laut Teluk Ambon, yang selama ini dikenal sebagai surga bagi para penyelam, kini terancam oleh lautan sampah yang tak terkendali. Tumpukan plastik, botol, dan berbagai limbah domestik lainnya kini menghiasi terumbu karang yang dulunya penuh warna, menciptakan pemandangan yang memilukan dan mengkhawatirkan.
Ketua Bidang Advokasi Lingkungan dan Kebijakan Publik, Himpunan Mahasiswa Perikanan Ilmu Kelautan Wilayah VII Kamal Mewar, mengungkapkan keprihatinannya. “Setiap kali saya melewati dan mengunjungi pesisir pantai kota Ambon, hati saya hancur. Dulu, kita bisa melihat ikan-ikan nemo bermain di anemon yang sehat, tapi sekarang yang saya temukan adalah kantong plastik yang menyangkut di anemon, merusak ekosistem,” ujar Mewar, kepada malukuidomedia.com, Sabtu (2/8/2025).
Data dari berbagai lembaga riset menunjukkan bahwa Teluk Ambon menerima ribuan ton sampah setiap tahunnya, mayoritas berasal dari aktivitas daratan. Sampah-sampah ini terbawa oleh arus sungai dan angin, kemudian terperangkap di dalam teluk.
Ironisnya, sebagian besar sampah yang ditemukan adalah sampah yang sebenarnya bisa didaur ulang atau dikelola dengan baik, seperti botol plastik dan kemasan makanan.
Lanjut Kamal, ini bukan masalah estetika, “Sampah-sampah ini merusak ekosistem secara fundamental. Biota-biota laut sering mengira sampah plastik sebagai makanan, yang berujung pada kematian mereka. Mikroplastik dari sampah-sampah ini juga masuk ke dalam rantai makanan, dan pada akhirnya akan kembali ke kita sebagai manusia.”
Upaya penanggulangan memang telah dilakukan, namun belum memberikan dampak yang signifikan. Beberapa komunitas lokal secara rutin mengadakan kegiatan bersih-bersih pesisir pantai, namun jumlah sampah yang terus datang jauh lebih besar dari yang bisa mereka angkat.
Selain itu, dirinya menyerukan agar semua pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat, untuk mengambil tindakan yang lebih serius.
“Pemerintah harus tegas dalam menegakkan aturan terkait pengelolaan sampah dan limbah. Perlu ada infrastruktur yang memadai, seperti tempat pembuangan sampah kolektif dan yang terkelola dengan baik dan fasilitas daur ulang. Sementara itu, masyarakat harus mulai mengubah kebiasaan. Kurangi penggunaan plastik sekali pakai dan buanglah sampah pada tempatnya,” tegasnya.
Masa depan Teluk Ambon dan keindahan bawah lautnya kini berada di ujung tanduk. Jika tidak ada tindakan nyata dan terpadu, maka surga bawah laut Teluk Ambon hanya akan tinggal cerita.
“Kita tidak bisa terus-menerus menutup mata. Ini adalah rumah kita, dan sudah saatnya kita menjaganya,” tutup Kamal Mewar. (MIM-1)