
MALUKU INDOMEDIA.COM, Ambon- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku resmi merilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II tahun 2025. Ekonomi Maluku tercatat tumbuh sebesar 3,39% secara tahunan (year-on-year/Y-on-Y). Meski tetap tumbuh positif, capaian ini menunjukkan perlambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,07%.
Kepala BPS Maluku Maritje Pattiwallapia SE, M.Si, mengungkapkan, pertumbuhan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor krusial, mulai dari inflasi, fluktuasi harga komoditas, hingga perubahan pola konsumsi dan belanja pemerintah.
Sisi Produksi: Pertanian dan Konstruksi Pendorong Utama
Dari sisi produksi, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar, mencatat kontribusi 1,53% dari total 3,39% pertumbuhan. Hal ini didorong oleh peningkatan produksi hortikultura, perkebunan, peternakan, hingga perikanan yang naik drastis sebesar 44,24% dibandingkan triwulan II tahun sebelumnya.
Sektor konstruksi juga menunjukkan kinerja positif, tumbuh 8,70% seiring meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah pusat melalui APBN. Sementara itu, perdagangan besar dan eceran juga ikut menyumbang pertumbuhan, didorong oleh lonjakan penjualan kendaraan roda dua sebesar 25,51% dan kebutuhan masyarakat menjelang tahun ajaran baru serta hari raya.
Namun demikian, tidak semua sektor menunjukkan tren positif. Industri pengolahan dan sektor administrasi pemerintahan mengalami kontraksi masing-masing -11,5% dan -0,01%, akibat penurunan belanja pegawai dan realisasi anggaran.
Sisi Pengeluaran: Konsumsi Rumah Tangga Masih Mendominasi
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi tulang punggung ekonomi Maluku dengan kontribusi pertumbuhan sebesar 2,21%. Momentum hari raya keagamaan, libur sekolah, dan kegiatan budaya menjadi pendorong utama konsumsi masyarakat.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga tumbuh signifikan, mencerminkan geliat investasi di sektor konstruksi dan pengadaan semen yang meningkat hingga 232%.
Sebaliknya, ekspor luar negeri dan konsumsi lembaga non-profit justru mengalami kontraksi akibat penurunan volume ekspor, terutama pada komoditas migas dan plastik. Impor migas dan non-migas juga tercatat menurun.
Perbandingan Regional: Maluku Tertinggal dalam Pertumbuhan Kit-on-Kit
Secara regional, Maluku mencatat pertumbuhan paling rendah secara kuartalan (kit-on-kit) yaitu 0,97%, di bawah rata-rata nasional. Namun secara tahunan, Maluku masih berada dalam tren positif.
Provinsi dengan pertumbuhan tertinggi secara tahunan adalah Maluku Utara sebesar 32,09%, sedangkan kontraksi terdalam terjadi di Papua Tengah sebesar -9,83%.
Kesimpulan: Pertumbuhan Stabil, Tapi Harus Waspada
Secara akumulasi semester I (gabungan triwulan I dan II), ekonomi Maluku tumbuh 4,22% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Namun perlambatan pada sektor-sektor strategis seperti industri pengolahan dan administrasi pemerintahan menjadi catatan penting.
Pertumbuhan ini memperlihatkan ketergantungan Maluku terhadap konsumsi domestik dan belanja pemerintah, dengan kontribusi terhadap PDB nasional masih sangat kecil, hanya 0,27%.
“Maluku masih harus bekerja keras untuk mendorong diversifikasi ekonomi dan meningkatkan kontribusi sektor-sektor produktif agar tidak hanya tumbuh, tapi juga berkelanjutan,” kata analis ekonomi lokal yang dimintai tanggapan. (MIM-MDO)