
MALUKU INDOMEDIA.COM, AMBON— Dalam lanskap politik yang terus berubah, hanya sedikit tokoh yang mampu bertahan melewati pergantian rezim, arah kebijakan, dan dinamika zaman. Richard Rahakbauw adalah salah satu di antaranya. Lima periode bukanlah angka biasa; itu adalah rekam jejak konsistensi, loyalitas, dan kemampuan membaca arah politik yang jarang dimiliki politisi daerah.
Namun, di tengah sorotan publik dan silang pendapat internal, muncul pertanyaan: Apakah Richard masih layak memimpin Partai Golkar Maluku?
Rekam Jejak: Dari Loyalitas ke Legitimasi
Selama lebih dari dua dekade, Richard tidak sekadar “ada” di Golkar — ia membangun pondasi yang menopang partai itu di Maluku. Kiprahnya dimulai dari basis akar rumput, tumbuh bersama struktur partai, hingga menjadi simbol ketahanan politik. Lima periode keterpilihannya di parlemen menjadi cermin bahwa publik tidak sekadar mengenal namanya, tapi mempercayai integritas dan konsistensinya.
“Lima periode itu bukan hasil keberuntungan, tapi kemampuan membaca irama zaman,” kata seorang pengamat politik lokal kepada Maluku Indomedia.
Menurutnya, hanya politisi dengan kecerdasan adaptif dan ketajaman naluri yang bisa menembus lima periode tanpa kehilangan relevansi.
Membaca Zaman, Menembus Batas
Ada yang menilai bahwa masa 25 tahun di politik bisa membuat seseorang kehilangan daya peka terhadap perubahan. Namun, bukankah justru pengalaman panjang itu bukti kemampuan menyesuaikan diri dengan zaman yang berubah?
Dalam setiap fase politik — dari era konsolidasi hingga digitalisasi — Richard selalu muncul dengan pendekatan baru. Ia tidak terjebak nostalgia kejayaan masa lalu, tapi menatap ke depan dengan strategi yang menyesuaikan realitas kontemporer.
“Jika ia tidak mampu membaca zaman, ia tak mungkin bertahan selama itu,” ujar salah satu kader muda Golkar yang kini duduk di DPRD.
Kepemimpinan yang Diuji, Bukan Dihitung
Bagi sebagian pihak, kepemimpinan Richard dinilai terlalu lama berada di satu fase. Namun faktanya, masa panjang justru menjadi laboratorium politik nyata yang menguji ketahanan, bukan sekadar angka periode.
Dalam konteks ini, kepemimpinan Richard bukan soal lamanya waktu, tapi seberapa relevan ia dengan kebutuhan hari ini.
Apakah Richard Rahakbauw layak memimpin Golkar Maluku ke puncak kejayaannya? Jika tolok ukurnya adalah dedikasi, pengalaman, dan kemampuan menjaga stabilitas partai di tengah turbulensi politik, jawabannya: layak diuji, bukan diragukan.
Tantangan Baru, Momentum Baru
Tantangan terbesar ke depan adalah regenerasi. Partai harus mampu merangkul energi muda tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar yang telah dibangun. Di sinilah ujian sesungguhnya bagi Richard: apakah ia akan menjadi jembatan zaman yang menghubungkan masa lalu dan masa depan Golkar?
Bila mampu, maka bukan tidak mungkin di bawah kepemimpinannya, Golkar kembali mencapai puncak kejayaan—bukan karena nostalgia, tetapi karena kemampuan seorang pemimpin yang telah membuktikan dirinya menembus zaman. (MIM-MDO)

                        




