
MALUKU INDOMEDIA.COM, JAKARTA– Komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan reformasi menyeluruh di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) mendapat sambutan hangat publik. Angin segar perubahan ini diharapkan mampu mengembalikan marwah POLRI sebagai institusi penegak hukum yang berintegritas, humanis, dan benar-benar berpihak pada rakyat.
Reformasi POLRI dipandang semakin mendesak pasca serangkaian kasus yang mengguncang kepercayaan masyarakat, mulai dari skandal Irjen Ferdy Sambo hingga tragedi memilukan yang merenggut nyawa Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang tewas terlindas Rantis Brimob saat kerusuhan di Jakarta, Agustus lalu.
Sejumlah pengamat menilai, rotasi kepemimpinan menjadi salah satu langkah strategis. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menjabat lebih dari 4 tahun sejak Januari 2021. Masa jabatan panjang ini dikhawatirkan menimbulkan stagnasi dan membuka ruang konflik kepentingan. Karena itu, penyegaran pucuk pimpinan dianggap kunci untuk mengawal reformasi.
Dalam konteks itu, nama Komjen Pol Marthinus Hukom, putera Maluku yang baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI pada 25 Agustus 2025, mencuat sebagai kandidat kuat.
Pengamat menekankan, reformasi POLRI bukan sekadar mengganti figur, melainkan juga soal keadilan dalam distribusi kepemimpinan. Figur dari kawasan Timur Indonesia harus diberi ruang jika memenuhi kriteria integritas, kapasitas, dan dedikasi.
“Marthinus Hukom adalah bukti nyata putera bangsa dari Timur yang berprestasi dan berintegritas. Saatnya keadilan itu hadir. Reformasi POLRI tidak boleh berhenti pada retorika, tapi harus memberi kesempatan bagi figur yang benar-benar layak, tanpa diskriminasi,” tegas seorang pengamat hukum di Jakarta.
1. Analis Intelijen Satgas Anti-Teror POLRI – terlibat dalam pengungkapan berbagai kasus besar, termasuk Bom Bali 2002, Bom Marriott 2003, Bom Kedubes Australia 2004, Bom Bali II 2005, hingga Bom Marriott II 2009.
2. Komandan Densus 88 – di bawah kepemimpinannya, operasi panjang terhadap kelompok MIT (Mujahidin Indonesia Timur) di Poso yang berlangsung sejak 2011 berhasil diselesaikan pada 2022.
3. Kasus Internasional – turut berperan dalam penyelidikan percobaan pembunuhan Presiden dan Perdana Menteri Timor Leste tahun 2008.
4. Ahli BNN RI (2011–2012) – berhasil membongkar penyelundupan 1,5 juta butir ekstasi jaringan sindikat narkoba Predi Budiman.
5. Zero Attack (2023) – sebelum meninggalkan Densus 88, berhasil mencatat sejarah: Indonesia bebas dari serangan terorisme.
6. Pendekatan Humanis – merubah pola penanganan terorisme, dari sekadar penindakan hukum menjadi pendekatan kemanusiaan.
Menurut Prof. Dr. Richard B. Luhulima, ST., MT., Akademisi dan Pemerhati Kebijakan Pemerintah, figur seperti Marthinus Hukom adalah momentum emas bagi POLRI untuk melakukan lompatan reformasi.
“Reformasi POLRI tidak boleh setengah hati. Butuh pemimpin yang tidak hanya cakap secara operasional, tetapi juga mampu membaca arah kebijakan besar negara. Marthinus memiliki dua hal sekaligus: kapasitas teknis sebagai penegak hukum yang teruji, dan integritas moral yang diakui publik. Jika negara serius, inilah saatnya menunjuk sosok yang bisa menjembatani kepentingan rakyat dan institusi,” ujar Prof. Luhulima.
Kini, publik menilai kepemimpinan POLRI berada di persimpangan jalan: apakah hanya mengganti figur tanpa arah baru, atau benar-benar menghadirkan reformasi substantif? Dalam konteks ini, figur Marthinus Hukom dinilai mampu menjadi jawaban—jenderal dengan integritas, pengalaman, serta dukungan moral dari akademisi dan masyarakat luas untuk membawa POLRI ke arah perubahan sejati. (MIM-OMA)