
AMBON, MALUKUINDOMEDIA.com– Genap 100 hari pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku, Hendrik Lawarisa dan Abdullah Vanat (HL-AV), sejumlah kalangan mulai angkat suara terkait kinerja dan realisasi janji-janji politik yang pernah digaungkan saat masa kampanye. Salah satunya datang dari Serikat Mahasiswa Independen (SMI) yang menyampaikan kekecewaan mendalam atas minimnya gebrakan dan kebijakan konkret yang menyentuh langsung kesejahteraan masyarakat.
Perwakilan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) alfian Bey, menilai pemerintahan HL-AV belum menunjukkan kinerja nyata selain sekadar hadir dalam acara seremonial dan agenda silaturahmi.
“Kami merasa frustasi. Apa yang kami harapkan sebagai gebrakan nyata justru hanya tampak sebagai rutinitas simbolik. Masyarakat masih tetap dalam penderitaan yang sama,” ujar Alfian.
Ia menyoroti sejumlah persoalan mendesak yang belum ditangani dengan baik, seperti banjir di Kota Ambon, minimnya infrastruktur di daerah terpencil seperti Batabual, hingga lambannya penanganan berbagai kasus korupsi yang mencoreng nama baik daerah.
“HL pernah berjanji memperbaiki jalan Batabual. Sampai sekarang, tak ada perubahan. Apakah kami harus terus menunggu dengan sabar, sementara penderitaan masyarakat terus berlanjut?” tambahnya.
Perbandingan kinerja pun mencuat, saat Provinsi tetangga, Maluku Utara, telah meluncurkan program-program kerakyatan seperti pendidikan gratis melalui skema BOSDA, pelayanan kesehatan gratis, dan bantuan sosial. Kontras dengan itu, Maluku belum menunjukkan langkah nyata serupa.
Masyarakat yang telah memberikan mandat politik melalui suara mereka merasa dikhianati. “Kami hanya ingin janji ditepati. Jangan biarkan kesejahteraan masyarakat Maluku menjadi utopia,” kata Alfian.
SMI menyatakan bahwa kritik ini disampaikan bukan sebagai bentuk kebencian, namun sebagai rasa cinta dan kepedulian terhadap tanah Maluku. Mereka berharap, suara rakyat tidak diabaikan dan pemerintah HL-AV segera menunjukkan arah kebijakan yang pro-rakyat serta meninggalkan pola kerja simbolis.
“Kami tak butuh banyak seremoni, kami butuh solusi,” tutup Alfian. (MIM)