
MALUKUINDOMEDIA.COM, KKT – Jalan Trans Selaru yang berstatus sebagai jalan nasional kembali menjadi sorotan warga Kecamatan Selaru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT). Jalan ini sejatinya dirancang menghubungkan tujuh desa yakni Adaut, Kandar, Namtabung, Lingat, Werain, Fursui, dan Eliasa. Namun hingga kini, pembangunan baru menjangkau Desa Lingat, meninggalkan tiga desa lainnya masih terisolasi secara darat.
Kondisi jalan yang sudah dibangun pun memprihatinkan. Dari pantauan di lapangan, tampak jalan dipenuhi lubang besar, genangan air, dan aspal yang mengelupas. Hal ini memperparah mobilitas masyarakat, apalagi saat musim hujan yang membuat jalan makin licin dan membahayakan pengguna kendaraan roda dua maupun empat.
“Kami sudah bertahun-tahun menanti agar jalan ini tuntas, tapi faktanya sampai hari ini baru sampai Lingat dan itupun rusak parah,” ujar Adollof Sambonu, tokoh masyarakat Kecamatan Selaru.
Ia menyebut jalan tersebut sangat penting bagi kelancaran distribusi kebutuhan pokok, akses pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta pergerakan ekonomi lokal yang selama ini tertahan karena minim infrastruktur.
“Kami minta dengan tegas agar anggota DPRD Provinsi Maluku turun tangan dan menyuarakan ini ke pusat. Jangan hanya datang waktu kampanye. Jalan ini kebutuhan dasar kami,” tambah Sambonu.
Jalan Trans Selaru sejatinya menjadi penghubung vital antar tujuh desa di wilayah paling selatan Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Bila dibiarkan rusak dan tidak tuntas, maka ketimpangan pembangunan antarwilayah akan terus melebar.
Warga berharap kehadiran infrastruktur layak bukan sekadar janji, melainkan komitmen nyata dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk melalui fungsi pengawasan dan anggaran dari DPRD Provinsi. (MIM-1)