
MALUKU INDOMEDIA.COM, Ambon– Setelah permohonan maaf yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath kepada umat Islam melalui kunjungannya ke Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku, sejumlah pihak kini menyoroti sikap diam beliau terhadap umat Nasrani dan masyarakat Etnis Buton.
Tokoh Maluku dan juga Mantan Penasihat Ketua Umum PBNU Hamid Rahayaan menyampaikan kekecewaannya karena hingga kini Abdullah Vanath belum menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada umat Nasrani, yang juga merasa tersinggung atas pernyataan yang diduga menistakan Kitab Suci mereka.
“Jika tidak segera meminta maaf kepada seluruh umat Nasrani, maka saya akan mengajak umat Nasrani untuk menyatakan mosi tidak percaya terhadapnya serta membuat laporan resmi tentang dugaan penistaan agama ke Polda Maluku,” ujar Rahayaan.
Menurutnya, pernyataan Abdullah Vanath telah melukai umat beragama di Maluku, dan sikap pilih kasih dalam meminta maaf justru memperburuk situasi serta merusak kerukunan antarumat beragama yang selama ini terjaga di wilayah tersebut.
Tak hanya itu, sejumlah tokoh Etnis Buton di Maluku. Mereka merasa direndahkan setelah Abdullah Vanath mengidentikkan komunitas mereka dengan minuman keras yang dilarang secara agama maupun hukum negara. Hal ini dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap harga diri dan kehormatan salah satu suku besar di Indonesia.
“Sebagai pejabat publik, seharusnya Abdullah Vanath berhati-hati dalam berbicara. Jangan sampai karena ucapan yang sembrono, menyebabkan perpecahan dan keresahan di masyarakat,” tegas Rahayaan.
Abdullah Vanath segera menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat Buton dan umat Nasrani. Jika tidak, ia akan dianggap sebagai pejabat yang tidak bermoral dan tidak layak menjadi contoh bagi masyarakat.
“Ini menjadi pengingat penting bagi para pejabat publik agar lebih bijak dalam bersikap dan berucap. Karena satu kata yang salah bisa berdampak pada keharmonisan sosial yang telah dibangun sejak lama di Maluku. (MIM-2)