
MALUKU INDOMEDIA.COM, Ambon– Di tengah gegap gempita perayaan Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia, suasana duka menyelimuti warga Kompleks Kelapa Tiga, Negeri Rumahtiga, Kecamatan Teluk Ambon. Seorang pria berinisial RB (34), ditemukan tewas gantung diri di rumah kebun milik orang tuanya, Minggu (17/8/2024) pagi.
Korban yang berprofesi sebagai mekanik bengkel motor itu ditemukan tergantung dengan tali nilon biru, hanya mengenakan celana jeans, tanpa baju. Penemuan jasadnya membuat keluarga dan warga sekitar histeris.
Menurut keterangan saksi Kamarudin Khalik (25), korban sedianya akan ikut lomba panjat pinang bersama rekan-rekannya. Namun, karena tak kunjung hadir, saksi mendatangi rumah kebun korban. Betapa terkejutnya ia ketika membuka kamar dan mendapati korban sudah tergantung tak bernyawa.
Sontak kabar ini mengguncang keluarga dan masyarakat sekitar. Pihak kepolisian Polsek Teluk Ambon yang dipimpin KA SPK III Y.S. Ferdinandus segera mengamankan TKP dan membantu menurunkan jenazah.
Yang lebih memilukan, korban ternyata meninggalkan surat wasiat yang berisi ungkapan kekecewaan mendalam terhadap keluarganya. Dalam surat tersebut, ia menulis bahwa dirinya merasa tidak diperhatikan, tidak didengar, dan larut dalam kesepian.
Pihak keluarga yang berduka menerima dengan ikhlas kepergian korban dan menolak dilakukan otopsi. Jenazah kemudian disemayamkan di rumah orang tua korban.
Peristiwa tragis ini membuka mata kita: banyak orang di sekitar kita tersenyum di luar, tetapi menyimpan luka dalam. RB memilih mengakhiri hidupnya bukan karena lemah, tetapi karena tidak ada ruang aman untuk berbicara dan didengar.
Kasus ini seharusnya menjadi wake-up call bagi kita semua: keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kesehatan mental bukanlah isu sepele. Di tengah perayaan kemerdekaan, tragedi ini justru menyentil: apakah kita sudah benar-benar merdeka dari rasa sepi, terabaikan, dan luka batin? (MIM-LT)