
MALUKU INDOMEDIA.COM, AMBON– Wakil Sekretaris Bidang Pembangunan daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Pulau-pulau Terdepan DPD KNPI Maluku, Sutriyono Mohamadi, menyesalkan narasi provokatif sejumlah pihak yang menyerang dan mempertanyakan kinerja Wakil Ketua DPD RI, Letjen (Purn) Dr. Nono Sampono. Menurutnya, kritik tanpa data yang menyerang pribadi justru menunjukkan kekerdilan berpikir seorang aktivis yang berbicara tanpa landasan fakta.
“Memfitnah tanpa membaca kiprah nyata Pak Nono adalah tindakan yang jauh dari intelektual. Padahal, selama tiga periode ini beliau telah menjangkau hampir 800 desa dan 118 kecamatan di Maluku. Bahkan, saat menjabat Wakil Ketua DPD RI, beliau ikut memperjuangkan agar RUU Daerah Kepulauan menjadi inisiatif DPD,” tegas Sutriyono, Senin (16/9/2025).
Lebih jauh, ia menegaskan kontribusi Nono Sampono yang konsisten menyuarakan pembentukan 13 Daerah Otonomi Baru (DOB) Maluku di tingkat pusat, hingga melobi pemerintah terkait pengelolaan Blok Masela secara onshore demi kepentingan masyarakat Maluku.
“Konsep Ambon New Port yang kini jadi perbincangan, awalnya merupakan gagasan beliau. Bahkan, kontribusinya sudah terbukti sejak konflik Ambon 1999. Nono Sampono tergabung dalam Tim 19 pengamanan konflik, dan justru menjadi orang terakhir yang meninggalkan Ambon demi memastikan kondisi benar-benar terkendali,” jelasnya.
Sutriyono mengingatkan publik bahwa banyak peran krusial Nono Sampono tidak diketahui oleh pengkritik karena malas membaca referensi atau sekadar ketinggalan informasi.
“Beliau berperan mengumpulkan orang Maluku di Jakarta, menemui Presiden Gus Dur dan Wapres Megawati untuk meminta pemekaran kabupaten/kota di Maluku saat itu. Semua fakta ini jelas menunjukkan kontribusi nyata, bukan narasi kosong,” tambahnya.
Menurut Sutriyono, tudingan yang dilontarkan terhadap Nono Sampono belakangan ini lebih mirip argumentum ad hominem—menyerang pribadi tanpa data.
“Kalau perjuangan beliau dianggap tidak kerja, maka yang tidak berfungsi sebenarnya adalah otak dari para pengkritik itu sendiri. Sudah saatnya publik melihat dengan jernih, bukan menelan mentah-mentah narasi provokatif yang menyesatkan,” tandasnya. (MIM-MDO)