
MALUKU INDOMEDIA.COM, AMBON– Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku merilis data inflasi Agustus–September 2025 yang memperlihatkan wajah ganda ekonomi Maluku. Angka-angka itu membuka fakta kontras antarwilayah: Ambon sempat terseret inflasi, Tual terpuruk dengan deflasi beruntun, sementara Maluku Tengah justru melonjak dengan tekanan harga.
Jika dibandingkan dengan Provinsi Maluku Utara yang hanya mencatat inflasi 0,17%, terlihat jelas betapa timpangnya dinamika harga di Maluku. Inflasi di Maluku jauh lebih bergejolak dan penuh kontras dibandingkan provinsi tetangga.
Agustus 2025: Ambon Melonjak, Tual Anjlok
Secara provinsi, Maluku mencatat deflasi 0,09% (m-to-m). Namun inflasi tahunan masih tinggi, 3,25% (y-on-y), dengan inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2,81%.
Ambon: Inflasi bulanan tertinggi 0,52%, inflasi tahunan 3,38%. Pendorong utama: harga makanan, minuman, tembakau (1,25%) dan tarif udara.
Maluku Tengah: Deflasi 0,90%, inflasi tahunan 3,08%. Turunnya harga sayuran dan ikan segar jadi penopang.
Tual: Deflasi terdalam -1,00%, inflasi tahunan 2,96%, inflasi tahun kalender 4,13%. Penurunan harga tongkol, tomat, dan angkutan udara jadi penyebab.
September 2025: Maluku Tengah Jadi Motor Inflasi
Memasuki September, tren berubah. Inflasi Maluku rata-rata 3,01% (y-on-y).
Maluku Tengah: Inflasi bulanan 0,44%, inflasi tahunan 3,09% (tertinggi).
Ambon: Deflasi bulanan -0,75%, inflasi tahunan 2,97%.
Tual: Deflasi bulanan -0,38%, inflasi tahunan 2,95%.
Deflasi di Ambon dan Tual dipicu turunnya harga ikan segar dan sayuran, sementara Maluku Tengah masih dihantui kenaikan harga.
Komoditas Penggerak
Ambon: Ikan cakalang, bawang merah, tarif udara.
Maluku Tengah: Tomat, bayam, popok bayi sekali pakai.
Tual: Ikan tongkol/komu, tarif udara, sayuran segar.
Analisis: Wajah Ganda Ekonomi Maluku
Data ini menegaskan rapuhnya struktur konsumsi Maluku. Ketergantungan pada pangan segar, biaya distribusi antar-pulau yang mahal, dan dominasi ongkos transportasi membuat harga gampang bergejolak.
Ambon masih bergulat dengan mahalnya ongkos udara.
Tual deflasi beruntun, tanda lemahnya daya beli masyarakat.
Maluku Tengah justru tertekan inflasi, sinyal harga-harga masih naik.
Jika dibandingkan dengan Maluku Utara yang relatif stabil di angka 0,17%, Maluku berada dalam pusaran inflasi yang jauh lebih keras. Perbedaan ini menunjukkan bahwa faktor distribusi, infrastruktur, dan pola konsumsi antar-provinsi di kawasan timur Indonesia sangat menentukan stabilitas harga.
Kesimpulan
Dalam dua bulan terakhir, grafik inflasi Maluku penuh kontras: Ambon sempat memimpin lalu jatuh, Tual makin terpuruk, Maluku Tengah justru mendaki.
Tantangan pemerintah daerah bukan sekadar mengendalikan angka, melainkan menjaga distribusi pangan antarwilayah dan melindungi daya beli rakyat kecil—menjelang akhir tahun yang rawan lonjakan kebutuhan.
Maluku Indomedia.com akan terus mengawal dinamika inflasi: tajam, aktual, terpercaya—agar publik tidak hanya tahu angka, tetapi juga dampaknya di meja makan masyarakat Maluku. (MIM-MDO)