
MALUKU INDOMEDIA.COM, AMBON— Wacana pergantian pucuk pimpinan Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mulai memasuki fase krusial. Dari sejumlah nama jenderal bintang tiga yang beredar, muncul satu figur yang mendapat sorotan tajam dari kalangan akademisi dan pemerhati kebijakan publik: Komjen Pol. Marthinus Hukom, putra terbaik Maluku yang kini digadang sebagai calon paling ideal memimpin Polri di era baru reformasi.
Profesionalisme yang Teruji di Lapangan
Menurut Prof. Dr. Richard Luhulima, ST., MT., akademisi dan pemerhati kebijakan publik, Marthinus Hukom unggul dalam tiga dimensi utama: profesionalisme, integritas, dan representasi kultural.
“Dari sisi profesionalisme, Marthinus punya rekam jejak lapangan yang tidak tertandingi. Ia terlibat langsung dalam operasi besar kontra-teror dan intelijen yang sukses membongkar jaringan terorisme kelas dunia—mulai dari penangkapan Ali Imron, Dr. Azahari, hingga Noordin M. Top,” tegas Prof. Richard.
Bagi Richard, pengalaman panjang Marthinus di medan tugas bukan hanya menunjukkan kemampuan taktis, tetapi juga kepemimpinan operasional yang tangguh dan disiplin institusional yang kuat. “Ia bukan jenderal ruang rapat, tapi jenderal lapangan yang tumbuh dari keringat tugas dan keteguhan prinsip,” ujarnya.
Integritas: Modal Reformasi Polri
Dalam konteks tuntutan publik atas Polri yang bersih dan berwibawa, integritas pribadi menjadi modal utama. Prof. Richard menilai Marthinus Hukom sebagai figur yang “teknokratis, fokus, dan relatif bersih dari kontroversi politik.”
“Integritasnya adalah energi reformasi. Di saat masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap penegakan hukum, figur seperti Marthinus dapat menjadi jembatan kepercayaan publik dan simbol kembalinya marwah kepolisian,” lanjutnya.
Representasi Maluku: Momentum Inklusivitas Nasional
Lebih jauh, Prof. Richard menyoroti pentingnya representasi kultural dan keadilan geografis dalam struktur kepemimpinan nasional. “Sudah terlalu lama posisi puncak Polri didominasi figur dari Jawa dan Sumatera. Kehadiran putra Maluku di pucuk pimpinan Polri akan menjadi simbol keadilan representasi bangsa, sekaligus mempertegas semangat pemerataan yang diusung Presiden Prabowo,” ujarnya.
Menurutnya, momentum ini bukan sekadar soal asal daerah, tetapi soal pengakuan terhadap kontribusi wilayah timur dalam menjaga integritas NKRI. “Maluku tidak hanya dikenal karena sejarah, tapi karena karakter—dan karakter itulah yang melekat pada Marthinus Hukom: keras, jujur, setia pada tugas,” tegas Prof. Richard.
Pesan Kuat untuk Presiden Prabowo
Dalam penutup analisanya, Prof. Richard menyampaikan pesan tajam:
“Jika Presiden Prabowo ingin menegaskan arah reformasi Polri yang bersih, berani, dan profesional, maka memilih Marthinus Hukom adalah langkah strategis dan simbolik sekaligus.”
Ia menambahkan, “Publik tidak lagi menunggu figur birokratis, tapi pemimpin yang turun tangan. Marthinus bukan sekadar jenderal teknis, tetapi representasi moral dan kultural dari Indonesia yang beragam.”
Harapan dari Timur
Dukungan akademis ini memperkuat harapan masyarakat Maluku agar salah satu putra terbaiknya dapat dipercaya memimpin institusi kepolisian. Sosok Marthinus Hukom diharapkan membawa napas baru—integritas lapangan, keberanian moral, dan semangat representasi daerah—ke tingkat kepemimpinan nasional. (MIM-OMA)