
MALUKU INDOMEDIA.COM, AMBON— Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Provinsi Maluku, gelombang dorongan reformasi internal semakin menguat. Suara kader dan simpatisan kini mengerucut pada satu harapan: kebangkitan kembali kejayaan Golkar Maluku melalui kepemimpinan yang tegas, berintegritas, dan berpengalaman membesarkan partai.
Refleksi ini muncul setelah performa politik Golkar Maluku dinilai menurun dalam beberapa tahun terakhir. Banyak kalangan menilai, dibutuhkan pembenahan serius dari dalam — bukan sekadar pergantian kursi, tetapi penyegaran arah perjuangan partai agar kembali solid dan berwibawa di mata rakyat.
“Reformasi di tubuh Golkar Maluku sudah saatnya dilakukan. Kader yang telah berulang kali gagal di legislatif sebaiknya tidak lagi difungsikan. Kita butuh kepemimpinan yang mampu membawa kembali marwah partai,” ujar salah satu kader senior Golkar Maluku, Selasa (4/11/2025).
Pernyataan ini menandai munculnya semangat perubahan yang tidak lagi bersandar pada wacana, tetapi pada kebutuhan nyata akan sosok pemimpin yang kuat dalam konsolidasi dan terbukti loyal terhadap partai.
Nama Umar Lessy disebut-sebut sebagai figur yang mewakili karakter tersebut — tegas, konsisten, dan memiliki rekam jejak panjang dalam membangun jaringan serta menjaga soliditas partai di Maluku.
Musda Golkar Maluku yang dijadwalkan digelar dalam beberapa hari ke depan, dipandang sebagai momen penting untuk menentukan arah baru partai menuju pemilu 2029.
“Golkar punya akar kuat di Maluku. Tapi kekuatan itu butuh arah dan ketegasan dari pemimpin yang memahami denyut kader di lapangan. Reformasi tanpa ketegasan hanya akan jadi jargon,” ujar pengamat politik Universitas Pattimura.
Kini sorotan publik tertuju pada Musda Golkar Maluku — apakah menjadi titik balik kebangkitan di bawah figur yang tepat, atau kembali menjadi ajang kompromi politik semata.
Umar Lessy, Figur Reformasi yang Dibutuhkan Golkar Maluku
Di tengah dinamika politik daerah yang semakin kompleks, Golkar Maluku membutuhkan pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi juga memiliki karakter kepemimpinan yang tegas dan berorientasi pada pembenahan internal.
Figur seperti Umar Lessy mencerminkan arah baru itu — representasi dari kader yang tumbuh bersama partai, memahami kultur organisasi, dan memiliki komitmen membangkitkan kembali semangat kolektif beringin di Maluku.
Jika Musda kali ini benar-benar dimaknai sebagai momentum reformasi, maka arah perubahan itu mestinya berlabuh pada sosok yang mampu menyatukan, bukan memecah; yang bekerja, bukan sekadar tampil. Dan dalam konteks itu — Umar Lessy adalah pilihan rasional dan realistis untuk membawa Golkar Maluku kembali berjaya. (MIM-MDO)






