
MALUKUINDOMEDIA.COM, Suli- Sudah hampir 15 tahun masyarakat pengungsi asal Tial dan Larike yang tinggal di Desa Suli, Kabupaten Maluku Tengah, hidup dalam keterbatasan akibat jalan penghubung yang rusak total. Jalan tersebut menjadi simbol pengabaian dan ketidakadilan pembangunan, meski dulunya dibangun sebagai bagian dari rehabilitasi pascakonflik Maluku pada tahun 2005–2006, di masa pemerintahan Gubernur Karel Albert Ralahalu.
Pada 2010, jalan itu sempat diperbaiki, namun hanya bertahan sekitar satu tahun. Hingga kini, kondisinya sangat memprihatinkan. Menurut Omy, seorang ibu rumah tangga, jalan tersebut bahkan lebih berbahaya dari gelombang laut.
“Sudah banyak warga yang jatuh dan luka-luka. Ibu pendeta jemaat Larike Suli juga masih sakit akibat terjatuh di jalan itu,” jelas Omy.
Dalam video yang diunggah akun Facebook Mrs_Samloy, warga menggambarkan kondisi jalan seolah sedang “melawan ombak”. Saat hujan, licin dan nyaris tidak bisa dilalui. Saat kering, berbatu dan tajam. Warga bukan hanya lelah secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional karena terus-menerus menjadi korban janji manis para politisi.
Max, seorang tukang ojek, mengaku bosan dengan pihak Dinas PU yang beberapa kali datang mengukur jalan, tapi tak pernah melakukan tindakan nyata.
“Mereka datang ukur-ukur jalan, tapi habis itu hilang. Tidak ada perbaikan sama sekali. Kami cuma jadi tontonan,” keluh Max.
Para tukang ojek harus mempertaruhkan keselamatan dan penghasilan mereka setiap hari melewati jalur ini. Banyak yang jatuh, motor rusak, bahkan ada penumpang yang trauma untuk lewat lagi.
Janji Manis Tinggal Kenangan
Warga menyebut, setiap musim pemilu atau pilkada, mereka menjadi sasaran janji-janji manis dari anggota dewan, bupati, hingga gubernur. Tapi setelah terpilih, suara rakyat seolah tak lagi terdengar.
“Kami tidak minta jalan beraspal mewah, cukup yang aman dan layak dilalui,” tegas warga.
Kini masyarakat pengungsi ini menanti aksi nyata, bukan lagi janji. Mereka bertanya:
Di mana keadilan pembangunan?
Di mana mereka yang dulu datang dengan senyum dan janji manis?
Apakah kami harus menunggu korban berikutnya agar diperhatikan?. (MIM-2)