
MALUKU INDOMEDIA.COM, Jakarta- Di hadapan Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI, Presiden Republik Indonesia menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-80 Kemerdekaan RI dengan nada tegas, lugas, dan penuh peringatan keras: “Kalau kekayaan kita terus mengalir ke luar negeri, kita berpotensi jadi negara gagal.”
Pidato berdurasi puluhan menit itu bukan sekadar laporan tahunan, tetapi peta jalan politik-ekonomi yang tajam dan langsung menyentuh inti masalah bangsa. Presiden mengibaratkan Indonesia sebagai tubuh yang darahnya terus keluar — lambat laun akan mati — jika sumber daya dan kekayaan nasional dibiarkan bocor ke luar negeri tanpa kendali.
TRANSISI LANCAR, DEMOKRASI DIUJI DUNIA
Presiden juga menegaskan transisi kepemimpinan nasional dari Presiden Joko Widodo ke dirinya sebagai proses politik yang diakui dunia sebagai salah satu yang paling damai dan terhormat. “Tidak semua negara mampu melaksanakan transisi kepemimpinan dengan baik dan lancar seperti kita,” ujarnya, menekankan bahwa demokrasi Indonesia telah matang dan kuat.
JANGAN CARI KAMBING HITAM, FOKUS SOLUSI
Presiden mengingatkan seluruh pihak agar berhenti menghabiskan energi mencari siapa yang salah, dan mulai bekerja mencari solusi cepat dan tepat. Langkah strategis menyelamatkan kekayaan negara dari kebocoran menjadi prioritas utama demi kepentingan generasi sekarang dan masa depan.
AMANAT PENDIRI BANGSA
Mengutip spirit Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Haji Agus Salim, hingga Generasi 1945, Presiden menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 adalah blueprint penyelamatan bangsa — bukan sekadar slogan yang dihafal tanpa dipahami.
Pesan penutupnya keras namun membakar semangat: “Kita harus berdiri di atas kaki sendiri, berdaulat secara ekonomi, dan mampu memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri. Hanya bangsa yang menguasai kekayaan alamnya yang akan selamat. (MIM-MDO)