
MALUKU INDOMEDIA.COM, AMBON— Sidang Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) melahirkan tiga peraturan monumental yang akan menjadi arah pelayanan gereja untuk lima tahun ke depan.
Ketiganya bukan sekadar regulasi teknis, tetapi fondasi baru bagi gereja yang ingin tetap relevan, melayani secara total, dan bertransformasi bersama umat.
Peraturan tentang Persekutuan: Gereja Hadir Sejak Lahir Hingga Mati
Peraturan ini mengatur kewajiban gereja untuk melayani anggota jemaat sejak seseorang dilahirkan hingga menutup usia.
Pelayanan dibangun secara utuh — dari masa anak-anak, remaja, pemuda, hingga dewasa dan lanjut usia.
“Ini panggilan mendasar gereja. Sebelum keluar melayani dunia, gereja harus lebih dulu melayani anggotanya sendiri,” tegas salah satu anggota komisi regulasi.
Peraturan ini sekaligus menegaskan arah baru: pelayanan GPM tidak boleh hanya berhenti di ritual ibadah, tetapi harus menjadi pembinaan rohani berkelanjutan sepanjang hidup umat.
Peraturan tentang Pelayan Khusus: Pendeta Sebagai Agen Transformasi Sosial
Regulasi kedua mengatur jabatan gerejawi — pendeta, penatua, dan diaken — serta tanggung jawab sosialnya di tengah masyarakat.
Pendeta GPM bukan hanya pelayan mimbar, tetapi juga pelayan publik.
Ada yang ditugaskan di kampus, lembaga ekumenis, yayasan sosial, hingga badan usaha gereja seperti CB Grafika Prima Mitra yang bergerak di bidang percetakan.
“Pendeta GPM berperan ganda. Mereka melayani rohani jemaat, tapi juga ikut memperbaiki kehidupan sosial masyarakat. Itulah bentuk nyata panggilan gereja yang hidup,” kata Pdt. Richo Rikumahu, Ketua Klasis Kota Ambon.
Peraturan tentang Pegawai Gereja: Pelayanan, Bukan Lapangan Kerja
Peraturan ketiga menegaskan relasi etik antara pelayan dan lembaga gereja.
Regulasi ini mengingatkan bahwa menjadi pendeta bukan mencari pekerjaan, melainkan menjawab panggilan pelayanan kemanusiaan.
“Gereja tidak menyediakan lapangan kerja, tapi lapangan pelayanan,” ujar Pdt. Rikumahu menegaskan kembali semangat dasar dari peraturan ini.
Dengan aturan ini, GPM berharap para pelayan menghayati panggilannya dengan hati, bukan sekadar profesi.
Ambon Siap Jadi Tuan Rumah Sinode
Sebagai Ketua Klasis Kota Ambon, Pdt. Richo Rikumahu memastikan seluruh kesiapan teknis sidang sinode telah dimantapkan sejak tiga bulan lalu.
“Semua sarana dan prasarana dibenahi—air, listrik, multimedia, hingga sistem suara. PLN dan mitra-mitra lain seperti Telkomsel juga memberikan dukungan penuh,” ungkapnya.
Ia menambahkan, suasana kebersamaan di Ambon terasa hangat, bahkan lintas agama ikut berpartisipasi.
“Kami juga mendapat dukungan dari saudara-saudara Muslim di sekitar wilayah ini. Sidang sinode ini bukan sekadar peristiwa gereja, tapi peristiwa masyarakat,” kata Pdt. Rikumahu.
Suasana sidang yang berlangsung aman dan kondusif hingga larut malam menegaskan sinergi sosial dan spiritualitas warga Ambon yang semakin kuat. (MIM-MDO)