
MALUKU INDOMEDIA.COM, Ambon– Bendera berkibar. Tapi kali ini, bukan merah putih yang dipermasalahkan, melainkan bendera bajak laut dari serial One Piece. Di tengah semangat merayakan kemerdekaan, aparat justru melarang anak-anak muda mengibarkan bendera simbolik itu. Larangan ini mengundang reaksi keras dari Vigel Faubun, pelaku seni dan budaya Maluku yang aktif menyuarakan perlawanan melalui panggung teater dan puisi.
“Ini bukan sekadar bendera kartun. Ini lambang simbolik: tentang kebebasan, tentang menolak tunduk pada kekuasaan yang korup, dan tentang tekad anak-anak negeri yang ingin berlayar bebas tanpa rantai kolonialisme modern,” ujar Vigel dalam pernyataannya, Selasa (5/8/2025).
Menurutnya, negara sedang keliru memetakan ancaman. Ketika masyarakat adat berteriak soal hutan yang digunduli, laut yang diracuni tambang, dan adat yang dikoyak demi investasi, negara justru sibuk memburu kain bergambar tengkorak bertopi jerami.
“Lucu dan menyakitkan. Negara bisa tutup mata pada alat berat yang merusak hutan leluhur, tapi gusar ketika kami mengibarkan bendera bajak laut. Padahal bendera itu bukan makar, melainkan tanda bahwa kami belum menyerah!” kata Vigel dengan nada kecewa.
Sebagai seorang seniman yang telah lama menyuarakan isu lingkungan, budaya, dan hak masyarakat adat lewat karya, Vigel menegaskan bahwa larangan seperti ini adalah bagian dari pembungkaman ekspresi dan simbol perlawanan. Ia melihatnya sebagai cermin bahwa negara masih sulit menerima kritik, bahkan dalam bentuk simbol fiksi.
“Kami adalah generasi yang dibesarkan dalam realita pahit. Dan kami memilih bersuara, walau lewat bendera yang kalian anggap sepele. Karena kami tahu, kadang kartun lebih jujur dari pidato pejabat,” tutupnya. (MIM-4)