
MALUKU INDOMEDIA.COM, AMBON— Kunjungan kerja Wakil Presiden Republik Indonesia ke Maluku kembali menyisakan catatan serius bagi wajah diplomasi politik daerah. Bukan karena agenda yang dijalankan, melainkan karena suasana penyambutan yang nyaris tanpa roh kebudayaan dan spirit kekhasan Maluku sebagai daerah berkarakter timur yang hangat dan berjiwa kolektif.
Tak ada satu pun baliho ucapan selamat datang yang terpampang di titik-titik strategis kota. Tak terlihat pula sambutan adat, tarian, atau ekspresi budaya lokal yang biasa menjadi simbol keramahan masyarakat Maluku kepada tamu negara.
Kunjungan yang seharusnya menjadi momentum memperlihatkan citra Maluku di mata nasional, justru terasa dingin dan serba formal.
Bahkan, di Wailela Resto, tempat Wapres sempat bersilaturahmi bersama para musisi lokal, tidak ada ruang musik live yang bisa menghangatkan suasana dan menghadirkan keintiman khas pertemuan timur.
“Kita kehilangan sentuhan budaya yang seharusnya jadi identitas kita di setiap momentum penting seperti ini,” ujar Wawan Tomson Wakil Ketua KNPI Maluku.
Ia menilai, minimnya inisiatif dan kreativitas dalam menyambut tamu negara mencerminkan lemahnya kemampuan negosiasi politik dan diplomasi kultural para pemangku kepentingan Maluku di tingkat pusat.
“Kalau semangat menyambut tamu saja sudah datar, bagaimana bisa kita bicara soal lobi dan posisi strategis di tingkat nasional?” tegas Wawan.
KNPI Maluku berharap ke depan, setiap kunjungan pejabat negara tidak hanya menjadi seremoni formal, tetapi juga ruang menampilkan wajah budaya, potensi muda, dan diplomasi kultural Maluku yang hidup dan membanggakan.
“Jangan sampai setiap momentum besar hanya lewat begitu saja, tanpa makna, tanpa karakter,” tutupnya. (MIM-MDO)